Pendidikan yang sempurna ialah membangkitkan sifat-sifat diri kita sendiri yang terbaik.
Pernyataan di atas mengingatkan saya akan suatu kisah, di sebuah negara di mana pemerintahnya lebih khawatir jika anak-anak negeri itu tidak bisa mengantre dibandingkan tidak bisa menulis dan membaca. Gandhi pernah menuliskan bahwa kepandaian membaca dan menulis bukanlah merupakan tujuan akhir, bahkan bukan juga tujuan awal dari pendidikan.
Pendidikan yang sejati dapat diperoleh dengan mengajarkan anak untuk secara cerdas menggunakan anggota tubuhnya sebagai cara paling sempurna dan paling cepat untuk mengembangkan kecerdasannya. Pembinaan akal dan tubuh itu seyogyanya dilakukan seiring dengan pendidikan bathin (jiwa). Dengan demikian pendidikan akal budi dapat tercapai.Ketiga cabang ilmu tersebut menurut Gandhi merupakan keterpaduan yang tidak dapat dipisahkan.
Gandhi menempatkan akal budi sebagai landasan manusia dalam berpikir dan bertindak. Menurut Gandhi, pada manusia akal budilah yang menggerakkan dan mengendalikan perasaan. Membangkitkan akal budi berarti membangkitkan keinsyafan untuk membedakan antara yang baik dan batil.
Dan sejatinya tujuan pendidikan adalah mendidik diri kita sendiri. Menjadi baik atau batil adalah sebuah pilihan. Dan keduanya mencerminkan bagaimana kita menghargai sebuah pendidikan yang telah kita lalui.